Oleh : Rafiah*
Mitos
tumbuh dalam diri manusia seiring dengan pertumbuhannya. Mitos itu seperti
tanaman. Ia tumbuh karena ada yang menanamnya. Orang tualah yang menanam mitos
dalam diri seorang manusia, khususnya pada mahasiswa ketika berada di masa
kanak-kanak. Mitos adalah sebuah tradisi turun-temurun yang tidak bisa
dihapuskan meski dengan berbagai cara. Langkah untuk menghapus mitos justru membuat
mitos kian mengalir mengikuti laju hidup manusia.
Kini zaman telah berubah. Manusia kini telah bertemu
dengan “sang ilmiah”. Banyak hal yang awalnya hanya sebuah dugaan
perlahan-lahan terpatahkan oleh bukti dan fakta yang membuatnya tampak logis.
Banyak yang mulai mengikuti laju zaman namun banyak pula yang masih terus
terkungkung dalam mitos sebab takut akan ancaman seram dari mitos itu sendiri.
Sebut saja mengenai mitos hari lahir di kalender Jawa atau istilahnya weton. Mahasiswa mungkin saja mulai
tidak mempercayai tradisi weton tersebut.
Namun, karena takut kualat maka
mereka tak berani berpikir secara logis. Lalu apa ruginya bila melupakan
tradisi tersebut?
Mahasiswa berperan penting pada hal sederhana seperti
ini. Hal yang tampak sederhana juga dapat menuai sikap yang kurang mendukung
pada perkembangan. Budaya memang wajib untuk dijaga namun perlu dipilah pula
manakah budaya yang tepat untuk dipegang dan tidak mengandung mitos. Apabila
diperhatikan, hampir semua nilai kebudayaan baik tarian tradisional, tempat
bersejarah, lagu daerah di Indonesia memiliki sejarah tersendiri yang apabila
dipikirkan secara logis jelas tidak masuk akal. Bagaimana peran mahasiswa untuk
mengatasi fenomena tersebut?
Mahasiswa merupakan seorang agen perubahan. Seperti saat
ini mitos yang paling populer adalah larangan untuk tidak memiliki hajatan di
bulan Suro lantaran dikhawatirkan
sang pengantin akan mengalami malapetaka apabila pernikahan dilaksanakan di bulan
Suro. Namun, ada segelintir orang
yang nekat melakukan hajatan di bulan Suro
dan ternyata tak mengalami malapetaka yang menakutkan seperti yang
orang-orang perbincangkan. Hal itu sebagai bukti tersendiri bahwa mitos
memanglah bukan tumpuan, karena bangsa Indonesia sendiri merupakan bangsa
beragama maka dilarang percaya kepada mitos. Mitos tersebut secara tidak
langsung akan mendorong kembali kepada kemunduran. Maka sudah sepantasnya
mahasiswa tak lagi menggubris tentang mitos dan justru melakukan banyak
pembuktian akan tidak berlakunya mitos kepada seluruh rakyat Indonesia. Hal itu
juga sebagai langkah menuju Indonesia maju dan anti takhayul.
* Rafiah merupakan mahasiswi jurusan Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar