Senin, 27 Januari 2014

Goresan Pena : Surat untuk Pemuda - Pemudi



Oleh : Fauzi Hidayat (Mahasiswa STT Telkom Bandung)
Yth, para pemuda
Generasi penerus peradaban bangsa
Lihat Indonesia kita tercinta
bencana terjadi di mana-mana
korupsi pemimpin merajalela
Rakyat pun kian menderita
kepada para pemudi
pewaris budaya bumi pertiwi
sudikah perhatikan negeri
banyak orang mementingkan diri sendiri
harta tahta dan segala duniawi
wahai kalian pemudi pemuda
yang mewarisi kepemimpinan bangsa
sadarlah...
jujur ikhlas sudi tuk berusaha
bertingkah halus, majukan negara
bangunlah...
singsingkan lengan bajumu demi nusa
tak usah banyak bicara, terus bekerja
bergeraklah...
bangun negara tercinta, Indonesia

Kamis, 23 Januari 2014

Pemuda dan Pendidikan


Oleh : Wisnu Arfian
           
            Pemuda memang bukan sekedar kata yang sederhana, banyak hal menarik untuk dibicarakan, salah satunya tentang pendidikan. Pendidikan secara empiris adalah menanamkan nilai-nilai norma dan kedewasaan melalui proses pengajaran. Pengajaran yang baik ketika seluruh proses mengajar dapat merasuk pada hati sanubari peserta didik/peserta ajar. Dalam tataran yang dilazimi, proses ini berlaku untuk manusia dengan umur di bawah sembilan belas tahun sehingga perguruan tinggi jarang menetapkan nilai-nilai yang norma yang wajib dipahami para peserta didik.
            Menguak polemik dunia pendidikan memang tak akan pernah habis. Mulai dari permasalahan bangunan fisik hingga nilai spiritualitas pendidikan. Begitu banyaknya permasalahan membutuhkan penanganan dan program kuratif yang tidak hanya satu. Seperti penyakit komplikasi, butuh terapi yang kompleks untuk mengobati berbagai macam penyakit yang ada. Inilah yang belum dapat terpikir secara holistik dalam bidang pendidikan. Minimal proses controlling harus dilakukan untuk mengetahui keadaan sebuah proses pendidikan di suatu daerah.

Senin, 20 Januari 2014

Goresan Pena : Pahlawan Impian ku

Oleh : Abdul Wahid


aku mulai kembali terinspirasi oleh seorang sosok yang sangatku rindukan di dunia ini,
Betapa gigihnya ia berjuang,
ia tak kenal keluh dan kesah,
.
Hati ku mulai gelisah ketika mendengar nama mu,
Hati ku pun terasa pedih ketika melihat orang – orang menghina mu,
.
Kau adalah Rasulullah Sholaallahu Alaihi Wassalam,……
Kaulah yang ku rindukan,
kaulah yang
ku dambakan,
Kaulah yang menjadi Suri tauladan
ku tuk mengarungi bahtera kehidupan Fana ini.
.
.
aku akan selalu mencontoh mu,
aku akan selalu mengikuti jalan mu,
jalan yang telah di ridhoi oleh Tuhan semesta alam,
yakni Allah SWT,
tiada Tuhan yang pantas ku sembah, selain Allah SWT,
.
.
Allah lah y
ang tlah menciptakan ku dari ketiadaan menjadi ada,
Allah lah yang akan mematikan ku kapan dan dimana pun aku berada,
Allah lah yang memberi
ku rezeki dari manapun datangnya,
Allah lah yang memberi
ku sahabat-sahabat penyeru jannah,...
.
.
aku merindukan Sosok Nabi
ku, sosok suri tauladan ku, sosok yang menuntun ku menuju jalan Mu yang lurus ini,
Nabi Muhammad,.....!
aku merindukan sosok mu,
Ya Allah,....
Ketemukanlah diri
yang hina ini kepada Nabi ku di akhir zaman nanti, 
Amiiin.

Rabu, 15 Januari 2014

Aku Pilih Nama Hari Ahad, kalau Kamu?


Oleh : Abdul Wahid
Dalam menentukan nama-nama hari, bangsa Indonesia mengikuti penamaan hari menurut bahasa Arab selain nama hari ahad, sehingga menjadi Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Dalam artikel singkat ini penulis ingin mengupas tentang perbedaan penamaan pada hari pertama dalam satu pekan. Berikut ulasan singkat mengenai hal tersebut.
Sejarah penamaan hari Minggu,
Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis, (Dominggo) yang berarti hari Tuhan. Dalam bahasa Melayu kata Domingo dieja menjadi Dominggu. Lalu sekitar abad 19-20, kata ini dieja lagi menjadi Minggu. Berdasarkan kepercayaan umat Kristen bahwa pada hari Minggu Yesus bangkit. Maka, umat kristiani menyebut hari Ahad sebagai hari Minggu. Akan tetapi, umat Islam tidak memercayai hal tersebut. Sehingga umat Islam lebih memilih pemakaian  nama “Ahad” ketimbang “Minggu.”

Minggu, 12 Januari 2014

Goresan Pena : Intermezzo



Oleh Wisnu Arfian
 
Setan berbisik,
Sekarang kita tinggal memanen.
Saat mereka tak lagi mendekati al-Qur’an, dahi-dahi mereka tak lagi dekat dengan sujud, kaki-kaki mereka halus karena senantiasa menjauhi masjid.
Sekarang kita tinggal memanen.
Harta-harta mereka pada makanan dan baju yang mereka pergunakan mengikuti arus zaman, perilaku mereka telah bergaya kebebasan.

Sekarang kita tinggal memanen.
Saat angan-angan melahap mereka dan menikmati kesendirian. Saat lambungan tinggi bayangan dan khayalan yang tiada terukur

Minggu, 05 Januari 2014

Penolakan yang Berakhir dengan Penyesalan

Oleh : Izzatun Nadia


Pagi itu duniaku seakan hilang, cahaya seakan sirna dari duniaku. Deras air mata seolah menjadi lanjutan atas hujan semalam. Semuanya seolah terenggut dari ku, keceriaan, kebahagiaan, kegembiraan, tawa, dan senyum seolah benar-benar pergi dari duniaku,
dari kehidupanku.
***
       Aku terduduk sendiri di sebuah ruang yang sepi. Ruangan dengan cat putih dilengkapi dengan sofa panjang berwarna  peach dengan meja kecil berwarna sama di ujung sofa. Tumpukan koran- koran lama dan beberapa majalah mengisi ruangan di bawah meja kecil itu.
       Bosan mulai menghantuiku, dan kantuk pun mulai menggantung di kelopak mataku, sesekali kulihat telepon genggamku yang serasa sunyi tanpa penghuni, tiada SMS atau pesan chat lain yang masuk. Argh..!! dunia ini serasa tanpa penghuni. Beberapa orang sesekali melewatiku, dan kemudian menghilang dibalik etalase tinggi berisi berbagai macam obat-obatan dan beberapa produk makanan dan minuman dalam kemasan.
       suara aktor dan aktris yang beradu akting dalam televisi pun tak mampu mengusir bosan dan kantukku. Kelopak mataku makin berat, hingga akhirnya ruangan bercat putih itu berubah gelap, dan aku tak ingat apapun setelahnya.
***

Sabtu, 04 Januari 2014

Goresan Pena : Bangun Pemudi Pemuda



Oleh : Fauzi Hidayat
Indonesia menangis,
Indonesia bersedih,
Ketika melihatmu tak bertutur halus layaknya putri negri
Indonesia merana,
Indonesia kecewa,
Ketika melihatmu tak bertingkah laku layaknya putra negara
Sudilah berusaha jujur dan ikhlas dalam mengharumkan nama Indonesia
Jangan biarkan korupsi merajalela!
Teguhkan hati,
 Jernihkan pikir,
Mari membangun Indonesia jaya
Biarlah rakyat makmur sentosa,
Pendidikan terjalin merata,
Pemimpin bijak,
Pemimpin yang bekerja demi ibu pertiwi!
Demi memakmurkan dan menyejahterakan bangsa
***
Bangunlah pemudi pemuda endonesa!
Tak usah banyak bicara
Singsingkan baju tuk trus bekerja
Masa yang kan datang kewajibanmulah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap bangsa
Bersemangatlah wahai pemuda Pancasila!