Minggu, 14 Desember 2014

Bincang-Bincang Sastra Muslimah, Penulis Tangguh Tak Gampang Menyerah



Solo,- Forum penulis muda majlis tafsir Al-Qur’an (FPM MTA) bekerjasama dengan majalah Al-Mar’ah sukses selenggarakan acara bincang-bincang sastra (BBS) khusus muslimah pada, Sabtu (13/12) Sore. Acara yang menghadirkan Violet Afifah, penulis novel “Go Thunderfly...!” dan Deasylawati, penulis “Ore wa Ren” digelar di gedung pengajian MTA, Jalan Ronggowarsito, 111A, Solo.

Sabtu, 06 Desember 2014

Permainan Prasangka

Karya :  Kamila Asy Syifa

      Jam yang menggantung di tengah sisi ruangan menunjukkan pukul dua siang. Dwi yang menoleh ke arahnya segera mengambil handuk dan memasuki bilik kecil di bagian belakang bangunan rumahnya.
Hari ini ada jadwal kajian gelombang di perwakilan. Seperti hari-hari biasanya, baginya hari ini adalah hari yang istimewa. Bukan bermaksud mengkultuskan hari tertentu karena semua hari adalah sama. Namun, sudah beberapa bulan ini Dwi berbeda menjalani hari-harinya. Terkhusus setiap Senin ia memiliki acara yang tidak bisa digantikan dengan aktivitas lainnya.

Jumat, 05 Desember 2014

Bincang-Bincang Sastra #2

Forum penulis muda MTA bekerjasama dengan Majalah Al-Mar'ah adakan kegiatan Bincang-bincang sastra bersama Mbak Violet Afifah (penulis novel Go Thunderfly...!) dan Mbak Desilawaty P (penulis novel Balada Ayat-Ayat Cinta "The Fahri Holic”) di gedung pengajian MTA lantai dua, jalan Ronggowarsito, 111A, Solo. Dengan tema  "Proses Kreatifku dalam Meracik Novel" pada, Sabtu (13/12/14) mulai pukul 15.00 - 17.30 WIB. Acara khusus muslimah dan gratis.
Narahubung : 082226006333

Kamis, 04 Desember 2014

KERETA

Karya : Eka Mega Cynthia

Butir-butir rinai merubung senja
Gema dzikirnya memercik
Pada rel-rel besi tua
Berkarat,
Pada gerbong-gerbong usang
Mengusung keikhlasan,
Pada geliat legam
Menuju kalam.

220112-050914
08.33 WIB

*Eka Mega Cynthia, lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 18 Maret 1991. Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hobi sastra, seni, dan kuliner. Beberapa tulisannya telah dimuat di Koran dan Majalah. Karyanya ada dalam antologi keroyokan, Senandung Alam.

Rabu, 03 Desember 2014

Pagar Rumahku Tinggi Sekali

Oleh: Kamila Asy Syifa*

Dulu rumahku kosong dan polos
Catnya sederhana, lugu dan tak bercahaya
Tak satu orangpun tertarik memandangnya
Seiring bertambahnya waktu
Tak terasa rumahku kini berisi
Tersimpan barang berharga nun istimewa
Pintu kaca bening kemilau
Cat tembok berwarna menyala
Hiasan-hiasan antik dan menarik
Ada lubang panjang membentuk lorong
Menghantarkan ke ruang rahasia
Lubang itu hanya bisa dimasuki
Oleh orang-orang yang beruntung
Hiasan-hiasannya hanya bisa disentuh
Oleh orang-orang yang patuh
Ada lahan luas bercocok tanam
Menanam benih kehidupan
Yang membuahkan biji unggul
Tetapi hatiku semakin was-was
Dengan segala keadaan rumahku
Aku tak ingin sembarang orang
Memasuki area rumahku
Hanya orang yang terpilih
Yang kuijinkan memasukinya
Lalu kubangun pagar besi menjulang tinggi
Mengelilingi halaman rumahku sebagai pembatas.

*Wanita berkaca mata minus dengan nama pena Kamila Asy Syifa atau Erna si Alif Kecil ini sudah lulus S1 Tarbiyah PAI di STAIN Kudus. Masih serabutan. Menulis, Mengajar di Bimbel, privat, dan olshop. Bergabung dalam wadah kepenulisan FAM (Forum Aktif Menulis). Lahir di Kudus, 26 Februari 1992. Bergabung dalam Yayasan Majlis Tafsir Al-Quran Perwakilan Kudus di tahun 2012. Semoga penulis bisa istiqomah di jalan dakwah. Dakwah dengan amal dan tulisan.

Minggu, 23 November 2014

Grand Opening Forum Penulis Muda MTA


Solo- Acara bincang-bincang sastra telah sukses digelar oleh forum penulis muda Majlis Tafsir Al-Qur’an (FPM MTA) pada, Sabtu (22/11/2014) sore. Kegiatan yang bertempat di gedung Pengajian MTA pusat ini mengambil tema tentang “Bagaimana Sih Caranya Nulis Buku? Kiat dan Motivasi Penulis Tangguh”. Tampil sebagai pembicara pada acara bincang-bincang sastra kali ini adalah  Dr. Yoyok Mugiyatno, dosen Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret solo dan penulis novel “Dari Kota Solo Hingga Brattleborro.”

Senin, 27 Oktober 2014

Mengapa Mahasiswa Masih Percaya Mitos?


Oleh : Rafiah*
Mitos tumbuh dalam diri manusia seiring dengan pertumbuhannya. Mitos itu seperti tanaman. Ia tumbuh karena ada yang menanamnya. Orang tualah yang menanam mitos dalam diri seorang manusia, khususnya pada mahasiswa ketika berada di masa kanak-kanak. Mitos adalah sebuah tradisi turun-temurun yang tidak bisa dihapuskan meski dengan berbagai cara. Langkah untuk menghapus mitos justru membuat mitos kian mengalir mengikuti laju hidup manusia.

Minggu, 26 Oktober 2014

Bupati Karanganyar Buka POR MTA 2014

POR MTAKaranganyar, - Pekan Olahraga Majlis Tafsir Al-Qur’an (POR MTA) 2014 telah di buka secara resmi oleh Bupati kabupaten Karanganyar, Juliyatmono, pada Sabtu, (25/10/2014). Bupati Karanganyar bersama ketua umum MTA, Ahmad Sukina, Wakil Bupati Karanganyar, Rohadi Widodo, dan Dandim Karanganyar secara simbolis memotong tali balon sebagai tanda bahwa POR MTA 2014 telah resmi di buka.
“Pagi hari ini pekan Olahraga MTA akan segera dimulai,” ujar Bupati Karanganyar.

Sabtu, 25 Oktober 2014

MA…



Karya : Eka Mega Cynthia*
Ma, kau bilang aku harus tekun
Meniti titah Allah, Kun fa ya kun

Ma, kau bilang aku tidak boleh ‘nakal’
Karna aku di anugrahi akal

Ma, kau bilang aku harus menjaga damai
Nanti biar kebaikan bersemai

Ma, kau bilang semua ibu mengajarkan ini pada anak-anaknya
Jawabmu waktu kubertanya

Tapiii,
Ma, tidakkah janggal
Bumi pertiwi menangis di ruang jagal

Ma, tidakkah kau bingung
Apa yang dikatakan mama dan ibu-ibu lain ajarkan hanya jadi dengung

Maaf Ma,
Anak-anakmu kurang mendengarkan
Kebaikan pertama yang kau bisikkan.
Atas titah Allah Kun fa ya kun

210112-050914
15.06 WIB


*Tentang Penyair: Eka Mega Cynthia, lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 18 Maret 1991. Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hobi sastra, seni, dan kuliner. Beberapa tulisannya telah dimuat di Koran Solopos dan Majalah STORY. Karyanya ada dalam antologi keroyokan, Senandung Alam (Puisi: LeutikaPrio, 2012).

Rabu, 01 Oktober 2014

Bibit Cinta Merpati Putih



Karya : Abdul Wahid


Ketika seekor burung menjatuhkan bibit cinta,
Di tataplah wajah manis merpati putih,
Si penjatuh bibit cinta di pelupuk mata kita.
Cinta datang ketika kita tak dekat dengannya,
Cinta tumbuh ketika kita berinteraksi tanpa pamrih dengannya,
Cinta bersemi ketika kita lama tak jumpa dengannya,
Cinta berbuah ketika kita saling bertukar benci dengannya.
            Namun,
           Cinta layu ketika rasa gengsi menjadi tuhan diantara kita.
Kentingan/14’