
Sungguh
di dalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai
Singsingkan
lengan baju dan bersung-sungguhlah menggapai impian
Karena
kemulian tak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan
bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau katakan
Karena
debat kusir adalah pangkal keburukan
Lina membaca syair Sayyid Ahmad
Hasyimi yang terpampang di layar HP-nya, ia tersenyum sendiri. Bukan. Bukan
karena isi syair itu dia tersenyum, tapi ia tersenyum disebabkan membaca nama sang
pengirim SMS syair itu. Rona wajahnya memerah, seolah semua aliran darah merah
berkumpul mengerubuti wajah innocent-nya.
Sudah satu semester ini dia selalu
dijalari rasa yang berpendar-pendar di dadanya. Tepat beberapa menit menjelang
adzan magrib dikumandangkan, Lina selalu terpaku memegangi HP, rasa di dadanya
semakin bergemuruh saat membaca bait demi bait kata bijak yang dikirimkan seorang
mahasiswa senior di kampus. Sensasi SMS dari senior ini sering hadir dalam
hari-harinya, terkadang sensasi itu ikut menggelayut dalam mimpi-mimpi tiap
malamnya. Akhi. Sigit, begitu ia selalu mengeja nama pengirim SMS itu.
“Nduk, Lina… Lin… Nduk…” Pintu kamarnya digedor dari luar, lamunannya
luruh seketika. “Nggeh buk…” ia menjawab panggilan ibunya sambil menggerutu
dalam hati, ‘Lagi berbunga-bunga kok diganggu, huh’
“Sudah mau adzan Isya’ lho.
Kamu apa ndak ambil wudhu buat sholat maghrib. Denger adzan kok
malah ndekem di kamar to nduk.”
Lina bangkit seketika dan melempar
HP yang ia pegang serampangan. ‘Astaghfirullah, gara-gara keasyikan membaca SMS
dari Akh. Sigit hampir saja kehabisan waktu maghrib’ Secepat mata berkedip ia
lari mengambil air wudhu.
©©©
Embun subuh kembali membasahi
rerumputan, gigil dingin digantikan aroma hangat sang mentari. Cericit burung
berorkestra
melantunkan sapaan selamat pagi pada dunia. Lina sudah siap dengan segala
belanjaan dari pasar, ia tak boleh terlambat sampai rumah, nasib katering
ibu berada di tangannya. Kalau belanjaan yang ia bawa pagi ini terlambat
sampai, alamat pesanaan sosis basah dari Bu Kasmo bakal berantakan. Ia memacu
sepeda motornya secepat mungkin, hari ini juga ia ada kuliah pagi.
Sisi barat rumahnya sudah ramai,
suara sendok beradu dengan penggorengan dan desis api gas elpiji. Di dapur, ibu
Siti sudah beraksi dengan tiga ‘asisten’ nya. Dengan menyingsing sisi gamisnya,
beliau mencicipi adonan bakwan yang sedang diuleni.
“Buk, Lina buru-buru nih. Ada kuliah
pagi, dosennya terkenal suka kasih kuis jadi Lina ndak boleh telat.”
Terang Lina sambil meletakkan tas belanjaan di meja dapur. Ibu hanya mengangguk
sambil tetap khusyuk dengan aktifitasnya. Lina segera gowes ke kampus.
©©©
“Lin, nanti ada rapat UKM nih. Kamu
datang kan?” tanya Rara, teman sekelas dan partner se-UKM Lina.
“He-eh. InsyaAllah.” Lina menjawab sambil membayangkan nanti pasti
asyik bisa ketemu temen-temen, diskusi agama bareng dan tentu yang paling ia
nanti adalah bertemu dengan si pengirim SMS yang rajin kirim syair itu. Lina
melamun sendiri di tengah dosen yang sedang menerangkan mata kuliah filsafat
umum.
“Nanti setelah rapat kamu ke kost
ku, ya. Kita selesain paper Sejarah Peradaban Islam.” Lanjut Rara yang
ditanggapi Lina dengan anggukan acuh, maklum Lina masih asyik melamun.
©©©
Di
sudut kamar kost Rara
Allah selalu memberikan senyum dibalik kesedihan. Allah selalu
memberikan Harapan dibalik keputus-asaan.. Ingatlah.. Allah selalu memberikan
kelebihan dibalik kekurangan.. Allah selalu memberikan Kekuatan dibalik
kelemahan.. Kita punya RENCANA. Allah juga punya RENCANAkan tetapi sehebat
apapun kita merencanakan sesuatu. Tetap rencana Allah adalah sebaik-baiknya
rancangan.
Nada
dering pesan di HP Rara berbunyi, ia membaca sekilas. Oh, SMS tausyiah dari mas
Sigit, ‘Ikhwan satu ini kok rajin amat kirim SMS. Oh mungkin buang
bonus.’ Batinnya. Ia meletakkan HP dikasurnya, ia keluar kamar ingin membeli
kertas HVS untuk paper mata kuliah SPI, meninggalkan Lina yang masih
asyik berkutat dengan laptopnya.
Nada
pesan di HP Rara bertalu-talu lagi, beberapa pesan sepertinya masuk secara
memberondong. Lina yang sedang khusyuk dengan laptopnya merasa terusik dengan
HP Rara yang berbunyi. Rara juga tak kunjung balik ke kamar kost, siapa tahu
isi SMS yang baru masuk ini penting, Lina jadi penasaran. Ia akhirnya membuka
kotak masuk di HP sohibnya itu.
Sesungguhnya SABAR akan indah jika kita selalu dekat dgn ALLAH. Karena
hidup ini terlalu singkat dan berharga jika di buang dengan orang yang TIDAK
TEPAT (bukan jodoh kita)... Lebih baik MENUNGGU orang yang benar-benar kita
harapkan.. Daripada menghabiskan waktu dengan orang yang tidak tepat.. YA
RABBANAA. Yg kami inginkan hanyalah kesempurnaan cinta_MU.. Karena hanya
begitulah tidak akan ada rasa terluka dan kecewa pada akhirnya..
Betapa
kaget jantungnya, matanya terbelalak membaca SMS yang baru masuk di HP Rara
adalah pesan dari Akhi. Sigit. Lina mengecheck inbox Rara yang lain, mayoritas
isi kotak masuk itu adalah SMS syair atau tausyiah dari Akh.Sigit. Dadanya serasa
digodam, ternyata Rara diam-diam juga sering SMS-an dengan Akh. Sigit, padahal
Rara tahu bagaimana perasaan Lina selama ini pada Akh. Sigit.
Pintu
kamar kost terkuak, “Sorry lama, Lin. Tadi ketemu temen-temen UKM, eeeh
keasyikan ngobrol malahan.” Adu Rara.
“Oh,
ketemuan sama Akhi Sigit to? Jangan-jangan sambil ditraktir sama dia juga
kamu.” Lina menyalak dengan ketus.
“Maksudmu?”
Kening Rara berkerut, ia bingung kenapa tiba-tiba Lina yang selama ini ia kenal
sebagai pribadi periang dan lembut menjadi ketus begitu.
“Alaaah.
Jangan pura-pura deh Ra. Kamu ada hati kan sama Akh.Sigit. Kamu tega banget ya,
kamu kan tahu gimana perasaanku selama ini ke dia.”
“Aduh,
tunggu-tunggu. Kenapa kita jadi ngomongin Mas Sigit sih?”
“Tuh,
HP mu bunyi terus. Ternyata kamu sering SMS-an sama dia kan. Kamu itu temen
makan temen, Ra.” Isak satu-satu mulai menyertai ucapan Lina.
“Tunggu
Lin, aku jelasin dulu. Ini ndak seperti yang kamu sangka.”
“Sudahlah,
aku mau pulang.” Lina bergegas keluar kamar tanpa bisa diantisipasi Rara.
Tinggal Rara terduduk lemas meremas HPnya. Persahabatan yang sudah tiga tahun
ia bina dengan Lina menjadi runyam detik itu.
©©©
Senja yang kuning, Rara duduk
sendiri sambil membolak-balik diktatnya. Pikirannya sedang kalut, sudah dua
hari ini Lina tidak mau diajak bicara, Lina selalu saja menghindar bila
berpapasan dengannya. BBM ndak dibales, SMS apalagi, pesan di FB juga
diacuhkan.
“Tumben sendirian, ukh. Ukhti Lina
mana? Biasanya kalian lengket kemana-mana berdua.” Suara milik sesorang itu
mengagetkan Rara. Ia menoleh, ternyata Mbak Dita, mentornya di UKM, berdiri
tepat di sisi kanan kursi taman.
“Eh, Mbak. Anu, emmm.. Lina… Lina…
emmm, kita lagi nggak barengan.”
“Lho, kenapa? Ada masalah? Kalian
berantem?”
“Itu dia Mbak, kita sudah dua hari
diem-dieman. Padahal sesama muslim batas diemannya kan hanya tiga hari.” Keluh
Rara, lalu ia merasa perlu meminta solusi pada Mbak Dita yang terkenal bijak
itu. Rara menceritakan secara rinci musabab ia berantem dengan Lina tempo hari.
“Astaghfirullah. Sekarang ini sedang
musim ikhwan genit, sukanya mengobral SMS manis pada akhwat. Bisa jadi kalian
terkena, Mbak rasa kita perlu mempertemukan kalian bertiga.” Jelas Mbak Dita
mencoba melerai masalah, Rara ngikut saja bagaimana baiknya.
©©©
Kelengangan di ruang rapat UKM ini
membuat Lina semakin rikuh. Batinnya bertanya kenapa juga Mbak Dita
mengumpulkan dia dengan Rara dan Akhi Sigit di ruangan ini. Jangan-jangan…
Belum sempat Lina menuntaskan prasangkanya
Mbak Dita sudah angkat bicara menginterograsi Akh. Sigit.
“Akh. Afwan sebelumnya, apa selama
ini antum terbiasa mengirimkan SMS motivasi atau tausyiah kepada teman-teman?”
Usut Mbak Dita.
“Na’am, Ukh. Saya sering sekali
berbuat demikian.”
“Lantas, apa motivasi antum
mengirimkan SMS itu?”
“Emm, yang pasti saya sayang kalau
bonus SMS yang ditawarkan operator hangus begitu saja. Selain itu saya juga berfikir
akan bermanfaat kalau bonus SMS tadi saya gunakan untuk memotivasi teman-teman
via SMS.” Terang Akh. Sigit sambil sesekali meremas ujung pecinya.
“Nah, lantas siapa saja yang biasanya
antum kirimi SMS itu?” Intograsi Mbak Dita semakin mengerucut.
“Emm, mayoritas para akhwat. Karena
saya beranggapan akhwat itu sering galau, futur dan sangat perlu sering
dimotivasi.”
“Jadi bukan hanya satu akhwat saja
yang antum SMS-in?” Akhi Sigit mengangguk layu menanggapi pertanyaan Mbak Dita.
“Lha, ini titik kesalahan antum.
Perlu antum ketahui, dua akhwat yang sedang disini ini terkena korban SMS antum
tadi. Akhi, hati wanita itu sangat lembut. Saking lembutnya ketika ada seorang
laki-laki memberikan perhatian secuil saja, lewat SMS sebagaimana yang antum
lakukan, tanpa fikir panjang wanita akan menyangka laki-laki itu menaruh rasa cinta
padanya. Padahal bisa jadi laki-laki itu bertipe supel pada semua wanita, ia
berlaku perhatian pada semua wanita di dekatnya sedang akhwat yang terlanjur
menyangka antum punya harapan tadi mengira hanya dia seorang yang diperhatikan.
Wanita memang sangat suka diperhatikan, jadi tolong Akhi, hati-hati dengan
celah ini. Akan lebih aman jika antum mengirimkan SMS motivasi tadi pada sesama
jenis, sesama ikhwan yang SMS tentu akan terhindar hal-hal yang tidak
diinginkan.”
Akhi Sigit menunduk, Lina dan Rara
juga demikian. Lina baru tahu bahwa selama ini dia terlalu GR. Menyangka Akhi
Sigit hanya perhatian dengan dirinya, padahal pada semua akhwat dia berlaku
demikian.Ya Allah hampir saja ia memutuskan tali persahabatannya dengan Rara
hanya karena GR yang overdosis. Seketika itu juga ia memeluk Rara,
berulang-ulang minta maaf. Benar, memang Cinta yang belum saatnya hanya akan
membawa kemungkaran. Akhi Sigit meminta maaf atas ‘kecentilannya’, Mbak Dita
tersenyum dan insyaAllah yang bertahta di Arsy juga ikut tersenyum. ***
*Apri, demikian ia disapa. Purna masa SMA 2010, ia
melepaskan kesempatan kuliah di salah satu universitas negeri ternama di Solo
lantas bergabung dengan Majalah Wanita MTA, Al-Mar’ah hingga detik ini.
Untuk menajamkan mata penanya ia terus mengikuti
berbagai lomba, puisinya yang berjudul ‘Aku
Tak Mengharap Cintamu lagi’ pernah dimuat di majalah remaja MOP (2007), baru-baru
ini ia menjuarai lomba penulisan artikel yang diadakakan P3MBTA (Pusat
Pelatihan dan Pembelajaran Muhadharah dan Baca Tulis Al-Qur’an) IAIN Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar