Rabu, 19 Maret 2014

Cara Penulisan Nama Geografi (Nama Kota/Wilayah di Indonesia) yang Benar

Nama geografi, khususnya nama kota/wilayah di Indonesia, ada yang ditulis dalam dua bentuk: ada yang dipisah dan ada yang dirangkai. Untuk keseragaman penulisan nama geografi itu, pusat bahasa bekerja sama dengan Bakosurtanal, telah menetapkan pembakuannya. Pada prinsipnya nama geografi ditulis dalam satu kata atau serangkai, kecuali (1) yang terdiri dari tiga unsur atau lebih dan (2) yang berupa arah mata angin. Dengan demikian, nama wilayah geografi yang hanya terdiri atas dua unsur ditulis serangkai.

Misalnya:
Karangasem Rejanglebong Tebingtinggi
Bandaaceh Acehbesar Kulonprogo
Biaknumfor Fakfak Jayapura
Yapenwaropen Batanghari Bungotebu
Tangjungjabung Indramayu Majalengka
Sukabumi Tasikmalaya Banjarnegara
Banyumas Boyolali Nusakambangan
Karanganyar Purbalingga Salatiga
Sukoharjo Surakarta Wonogiri
Banyuwangi Bojonegoro Bondowoso
Mojokerto Baturaja Kualatungkal
Situbondo Tulungagung Kapuashulu
Banjarmasin Baritokuala Kotabaru
Tanahlaut Palangkaraya Balikpapan
Bandarlampung Pekanbaru Bulukumba
Jeneponto Pangkajene Parepare
Tanatoraja Ujungpandang Padangpariaman
Payakumbuh Sawahlunto Tanahdatar
Pangkalpinang Muaraenim Musibanyuasin
Musirawas Deliserdang Labuhanbatu
Pematangsiantar Tanjungbalai
Di pihak lain, nama wilayah geografi yang terdiri atas tiga unsur atau lebih tetap ditulis terpisah. Misalnya:
Ogan Komerin Ulu
Ogan Komerin Ilir
Arah mata angin yang digunakan sebagai nama wilayah geografi juga tetap ditulis terpisah meskipun nama wilayah itu hanya terdiri atas dua unsur.
Misalnya:
Jakarta Barat            Sumatra Utara
Kalimantan Timur    Jawa Barat
Nama daerah/wilayah geografi yang masih ditulis dalam bahasa daerah tetap ditulis sesuai dengan nama aslinya, tidak diindonesiakan atas pertimbangan tertentu, seperti pertimbangan sejarah, asal-usul daerah, atau budaya khas daerah setempat.
Misalnya:
Banyuasin              (Bukan Airasin)
Kalianyar               (Bukan Sungaibaru)
Tanahabang            (Bukan Tanahmerah)
(dikutip dari “Buku Praktis Bahasa Indonesia jilid 2 cetakan ketujuh” dan diketik ulang oleh Abdul Wahid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar