Oleh : Nisa Asy-Syifa
Siap untuk menang adalah siap menghadapi
ujian. Ungkapan tersebut yang seharusnya ada di setiap hati para pejuang agama
Allah SWT. Dalam sejarah perjuangan menegakkan kalimat tauhid La ilaha illalloh, maka sejak itu pula ujian pun dimulai. Mari
kita buka kembali Al-Qur’an surat Al-Ankabût : 1 – 2
“Alif Lâm Mîm, Apakah manusia
mengira akan dibiarkan begitu saja mengatakan: “Kami beriman,” sementara mereka
tidak diuji? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, dan Alloh
akan benar-benar tahu siapakah orang-orang yang benar dan siapakah orang-orang
yang dusta.”
Saudaraku,
kita buka lagi lembar-lembar shiroh
nan agung. Sejarah dan kisah panjang
para nabi serta orang-orang yang jujur imannya
silih berganti menerima ujian. Tak terkecuali mereka para pemimpin yang teguh
memegang tauhid. Bukan hal mudah bagi seorang hamba yang mengkonsentrasikan
dirinya dengan hati tulus dan menegakkan kalimat mulia tersebut, melainkan
haruslah dirinya mampu menerima segala ujian, keletihan, beban berat, dan
kepayahan yang sangat.
Renungkan
kembali bagaimana Nabi Nuh AS mengisi hidupnya penuh derai air mata, Nabi Ibrahim
AS dilempar ke dalam api. Nabi Ismail AS harus rela diterlentangkan untuk
disembelih. Nabi Yusuf AS rela dijual sebagai budak dengan harga murah, dan
mendekam di penjara bertahun-tahun. Nabi Zakariya AS digergaji tubuhnya. Nabi
Yahya AS disembelih. Nabi Ayyub AS bergelut melawan penyakit. Nabi Dawud AS
menangis melebihi kebiasaan manusia biasa. Nabi Isa AS dipaksa hidup dalam
keterasingan dan Nabi Muhammad SAW sendiri harus hidup akrab dengan kemiskinan
dan berbagai intimidasi. Sementara, lihatlah kita. Apakah kita yang mengaku
beragama Islam, pejuang kalimat tauhid la
ilaha illalloh akan bersenang-senang dalam kelalaian, gelak tawa, dan senda
gurau?
“Maha Suci Alloh Yang di tangan-Nyalah
segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati
dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk : 1 - 2).
Ujian adalah suatu bentuk keniscayaan bagi hamba Allah SWT yang berakal. Ibarat
musim yang silih berganti menghiasi bumi. Ujian, bala, cobaan, musibah, akan
senantiasa silih berganti menyapa. Apabila musim berganti agar mampu memberikan
harmoni alam, maka ujian terjadi merupakan sebab akibat dari cara Allah SWT
untuk menunjukkan kekuasan dan kasih sayang terhadap hamba-Nya.
Maka Besabarlah.
Saat kamu mulai lelah dengan jalan juang ini
Wahai kekasih
Ingin kuajak kau bersama membuka torehan nyata
peristiwa perang uhud
Kita renungi kembali tiap sayatan ujian
Ketika Allah menguji kaum mukminin
Maka
Disana tampaklah keimanan, kekokohan,
keteguhan, dan jua kesabaran
Tersingkap pula tabir kemunafikan,
pengkhianatan dan pula ketidaksukaan terhadap jihad
Wahai kekasih
Bersabarlah dalam keimanan
Dan kau kan dimuliakan tak kan pula
terhinakan.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu; Alloh mengetahu, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh : 216)
Seorang hamba tidak akan protes, tidak akan
mengajukan pilihannya sendiri, dan tidak pula meminta sesuatu yang tidak ia
ketahui ilmunya kepada Robbnya. Karena siapa tahu, madhorot (bahaya) dan kebinasaannya justru dalam pilihan yang ia
inginkan tersebut, tetapi ia tidak sadar. Dengan demikian, seorang hamba tidak
akan pernah menolak apa yang Allah SWT pilihkan untuk dirinya, bahkan ia
memohon diberi ikhtiyâr (pilihan)
yang baik untuk menempuhnya, kemudian Alloh meridhoinya dengan apa yang telah
Dia pilihkan untuknya. Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hamba selain sikap
seperti ini. Maka bersabarlah, bersama Tuhan mu yang senantiasa mencurahkan segala
kenikmatan. Setiap kali hamba pasrah dan ridho dengan pilihan Alloh, ia
menjalani ujian dengan diberi belas kasihan dan kelembutan-Nya.
Allah yang Menjanjikan Kemenangan
Berikut yang pernah ditulis oleh Syaikh
Abu Mus’ab Al-Zarqawi dalam
karyanya berjudul Wa Kadalika
r-Rusul, tubtala Tsumma Takunu Lahumu ‘I-‘Aqibah ( Ujian Sebelum Kemenangan, Demikian Jalan Para Rasul). Memang,
kita semua menyadari, jalan ini penuh resiko. Penuh bala ujian. Penuh
marabahaya. Tetapi, sebagai orang beriman, kita tidak ada pilihan selain taat
kepada Alloh dan rosul-Nya; walau itu berat. Sebab, memang itulah tabiat jalan
yang dilalui para rosul, dan akan berlaku bagi orang yang mengikuti mereka.
Barangkali, umat ini tengah mengalami proses, menapaki
tahap demi tahap ujian, bala, peperangan, huru-hara, dan lain sebagaianya,
sebelum Alloh turunkan kemenangan, dan sebelum Alloh muliakan Islam kembali
seperti pada zaman dahulu. Maka, kami mengajak seluruh kaum muslimin untuk
bersabar dalam menjalani proses ini. Sebab, ini adalah proses yang menentukan.
Proses yang akan menyingkap, siapakah yang benar-benar setia kepada agama
Alloh, dan siapa yang kesetiaannya hanya menjadi hiasan di bibir, yang hanya
bertujuan agar orang beriman lain simpatik kepadanya. Ya, kita harus bersabar
menjalani proses ini, sunnatulloh tidak pernah berubah. Ada ujian sebelum
kemenangan. Walaupun kemenangan itu mungkin dinikmati oleh anak cucu kita, dan
datang puluhan tahun ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar