Rabu, 05 Februari 2014

Si Pembaca Kecil


Oleh : Irfan Bahiuddin

Seorang anak termangu berjalan menyusuri kolam ikan. Besok dia harus pindah sekolah. Dia harus meninggalkan teman-teman akrab di sekolah, yang berada tak jauh dari rumah Kakeknya. Kini, dia harus menyiapkan diri untuk berkenalan dengan teman-teman baru yang sama sekali belum dikenalnya. Dia harus tinggal di rumah kecil yang masih beralaskan tanah  dan dikelilingi oleh kolam ikan gurami. Aduh, pikirnya, dia tidak bisa menggambar di lantai seperti yang dilakukan tempat Kakeknya karena alasnya sudah disemen sehingga dapat digambar dengan kapur. Akan tetapi, takdir akan membuat anak ini larut dalam takdir yang lain. Bukanlah hobi menggambar yang akan dia jalani, bukanlah hobi untuk bermain mobil-mobilan,  robot-robotan yang akan dia jalani. Dia akan mengalami wisata pemahaman tentang berbagai bacaan. Salah satu bacaan yang jadi favorit dia dan membekas adalah bacaan tentang kisah-kisah umat Islam di jaman dahulu. Mari kita ikuti wisata pemahaman si anak tentang berbagai bacaan.
Saat itu kelas tiga SD, saat seorang anak masih cinta dengan dunia bermain. Ayah dan Ibunya sering membawakan bacaan-bacaan dengan berbagai genre. Terkadang, dibawakan buku cerita/novel untuk anak, tentang perbintangan, tentang dunia hewan, tentang keterampilan, tentang wayang dan buku tentang keagamaan. Saat itulah pertama kali berkenalan dengan buku cerita Nabi-Nabi. Entah mengaapa terasa kurang berkesan dan terasa hanya seperti dongeng. Akan tetapi, di saat yang berbeda orang tua membawakan buku-buku tentang cerita sahabat-sahabat Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam. Bahasanya masih sederhana disertai ilustrasi yang sedikit. Bukunya cukup tebal sehingga butuh waktu lama untuk membacanya. Satu per satu cerita pun anak ini lahap. Setelah membaca perjuangan para Shahabat Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, terasa berkesan sekali dan tergores dengan kuat di pikiran seorang anak yang masih polos tersebut. Di antara sahabat-sahabat tersebut adalah Khabbab bin Al-Arat yang tetap tegar dengan segala penyiksaannya, Muadz bin Jabal yang ‘ngotot’ berusaha mengislamkan ayah temannya, Zaid bin Tsabit dengan kecerdasannya, Salman Al-Farisi dengan perjuangannya untuk mencari kebenarannya, Khubaib Ar-Rumi yang mau meninggalkan segala usahanya untuk hijrah, dan masih banyak lagi sahabat yang berkesan.

Di babak dua, anak ini mengenal sejarah Islam ketika kelas 5 SD. Ketika kelas 5 SD, lemari buku di rumah selalu di acak-acak lalu ditata ulang. Lama-kelamaan hal ini menjadi kebiasaan. Setiap menata buku sudah dapat dipastikan membutuhkan berjam-jam untuk menyelesaikan. Hal ini disebabkan setiap ada buku yang menarik, selalu di pelototin dahulu sampai ‘Si Penata Kecil’ puas melahapnya. Di antara sekian buku yang menarik saat itu, ada beberapa buku yang pantas digaris bawahi dan selalu menarik untuk membaca ulang, bahkan sampai saat ini pun. Buku-buku tersebut adalah sejarah kebudayaan Islam pada zaman empat khalifah, Sejarah dan kebudayaan Islam pada zaman Bani Umayah, Sejarah dan Kebudayaan Islam pada Zaman Bani Abbasiyah, Sejarah dan kebudayaan Islam pada zaman Bani Fatimiyah, Bani Umayah Spanyol, dan Afrika utara, Sejarah dan Kebudayaan Islam pada zaman Turki Utsmani, Sejarah dan kebudayaan Islam di Asia Tenggara, kumpulan Brosur Tarikh 1-50, Kumpulan Brosur Akhlaqul Karimah, Kumpulan Brosur Halal Haram dalam Islam. Buku-buku sejarah kebudayaan  Islam tersebut berasal dari sisa-sisa buku PGA (Pendidikan Guru Agama) Ibu. Ternyata bukunya lebih dinikmati anaknya dari pada dinikmati oleh Ibunya. Sedangkan, buku kumpulan brosur (akhlaqul karimah, ibadah, tarikh) adalah hasil susah payah dari Bapaknya yang menjilidkan brosur yang diterima setiap hari ahad sejak mulai mengaji sampai sekarang.

Apa yang istimewa dari buku-buku tersebut? Kisah kebudayaan Islam merupakan ringkasan sejarah dalam bentuk poin-poin yang berisi tentang daerah penyebaran Islam pada khalifah tertentu, perkembangan peradabannya, dan kemajuan yang dicapai oleh masing-masing khalifah pada setiap lini. Dengan sajian yang sederhana tersebut, tergugahlah sebuah kesadaran bahwa Islam mempunyai sejarah besar dan lama. Sejarah dan kebudayaan Islam tidak kalah dengan peradaban Babilonia, peradaban fir’aun, peradaban Romawi, dan peradaban Persia. Kenapa hal ini tidak disinggung dalam pelajaran sejarah kita? Begitulah yang dipikirkan Si ‘Pembaca kecil’.
Kumpulan Brosur mempunyai kesan tersendiri, Saat itulah pertama kali si ‘Pembaca Kecil’ berinteraksi dengan hadis dan merasakan bahwa amalan-amalan ini harus diamalkan. Terkadang, ada beberapa hal yang belum dapat dipahami terutama di Brosur seri ‘Halal Haram dalam Islam’ dan ‘Thaharoh’. Sebenarnya hal ini dapat dimaklumi karena memang belum cukup umur. Silahkan Pembaca mencari informasi sendiri tentang apa isi dari brosur seri tersebut, hehe.

Kelas 6, pada waktu membedah buku-buku di rumah. Menemukan yang lebih menawan hati. Buku itu bercerita tentang kisah Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib radhiallaahu ‘anhumaa. Sangat berbekas, dan akhirnya membuat diri si ‘Pembaca Kecil’ ingin mencontohkan keduanya. Perjuangan kedua sahabat utama tersebut tak terbantahkan kemaksimalannya. Umar dengan karakter yang sangat keras tapi menangis ketika diingatkan tentang azab di neraka. Ali yang merupakan pemuda yang pertama masuk Islam dan siap mati untuk menggantikan Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam di tempat tidurnya ketika beliau Shalallaahu ‘alaihi wa sallam akan hijrah.

Terkadang si Anak melihat buku Riyadhush Shalihin dan Kumpulan Hadis Qudsi. Tetapi, si ‘Pembaca Kecil’ belum berniat melahapnya. Tetapi, buku tersebut akan di lahap pada waktu dia liburan di masa SMP dan SMA nya. Yang Jelas, si ‘Pembaca Kecil’ harus berterima kasih kepada orang tuanya karena disediakan berbagai fasilitas untuk membina dirinya sejak dini (walau tanpa bermaksud membina dirinya).

Hmm, sepertinya kisah si Pembaca Kecil harus berhenti di sini. Walau kisah berhenti di sini, Si Pembaca Kecil tetap melanjutkan wisata bacaannya sampai dia kuliah. Tentu kualitas bacaan meningkat seiring dengan pemikiran si Anak. Terlalu banyak buku bermanfaat di dunia ini, sungguh sayang kalau kita tidak membaca sedikit dari padanya. Karena keterbatasan, maka manusia harus pandai memilih mana buku-buku yang lebih pantas dibaca dan mana tidak. Dengan buku, seseorang bisa jadi baik, buruk, semakin beriman, bahkan kafir. Oleh karena itu, berikan si Pembaca Kecil milikmu  atau yang akan kamu  miliki dengan buku yang baik, walau kamu sendiri tidak membacanya.
Mantan si ‘Pembaca Kecil’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar